Senin, 28 Maret 2016 0 komentar

ARTI DAN MAKNA LAMBANG PEMADAM KEBAKARAN






Arti dan Makna Lambang Pemadam Kebakaran:

1. 5 kelopak Bunga Wijaya melambang kemenangan dlm setiap pelaksanaan tugas pemadaman dan penyelamatan, 5 kelopak melukiskan 5 sila Pancasila, Tali Melingkar dan Lingkaran melambangkan bahwa tugas Pemadam Kebakaran bagaikan lingkaran yang tak berujung & tak berpangkal.

2. Tali melukiskan peralatan penyelamatan sebagai kesiagaan & kesiapan memberi pertolongan kepada korban.

3. tangkai 19 Lidah Api yang menyala melambangkan bahwa bahaya kebakaran selalu mengintai. 19 lidah api melukiskan lahirnya Instansi Pemadam Kebakaran pada tanggal 1 Maret 1919

4. Air melambangkan terpenuhinya bahan pokok dalam pemadaman kebakaran.

5.Kelengkapan Kerja berupa helm, kampak, pemancar, dan selang melambangkan perlengkapan/peralatan kerja Pemadam Kebakaran dalam menjalankan tugas pokoknya.


6. Pita bertuliskan YUDHA BRAMA JAYA, YUDHA berarti perang, BRAMA berarti api, JAYA berarti menang. Jadi YUDHA BRAMA JAYA bermakna kemenangan dan keberhasilan dalam perang melawan kebakaran.


7. Warna putih, merah, kuning, dan biru. Putih berarti kesucian/kebenaran, merah berarti keberanian/semangat yang membara, kuning berarti kemuliaan/keluhuran hati, dan biru berarti kesetiaan.




Instansi inilah yang pernah membesarkanku hingga saya bisa seperti saat ini, bertemu dengan saudara - saudara dengan berbagai karakter dan meramu berbagai macam rasa dan melahirkan sebuah ikatan persaudaran diantara kami semua. dan mempunyai slogan : 

Pantang Pulang Sebelum Padam Walau Nyawa Taruhannya.




#BOCAHSEBRANK



Sabtu, 26 Maret 2016 0 komentar

SEBUAH IRONI



Sudah Kurang lebih 3 tahun merantau dan mengadu nasib ke negeri orang yang begitu asing bagiku membuatku merindukan sebuah kesantunan adat orang Bugis Makassar sambil menghisap rokok kretek andalanku dan ditemani secangkir kopi hitam manis dan canda tawa kawan sesama perantauan. Tiba – tiba saja saya teringat dengan perhelatan pernikahan sahabatku di kota kelahiranku di Makassar yang dilaksanakan dengan adat istiadat bugis makassar.

Senang dan bahagia rasanya melihat sahabatku pada waktu itu bersanding dan mengikrarkan janji sehidup semati dengan pilihan hatinya diatas pelaminan tapi ada satu hal yang menggelitik hatiku dan hal ini terkadang membuat diriku tersenyum tapi hati ini juga sedih melihat tradisi Bugis Makassar kini telah banyak  dikebiri dengan tradisi – tradisi yang berasal dari luar Sulawesi Selatan. Dan lucunya sebagian besar masyarakat lokal mengapresiasi tradisi- tradisi yang berasal dari luar dan meninggalkan tradisi - tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur sejak zaman dahulu kala.

Hanya Dengan satu alasan yaitu Modernisasi atau mengikuti trend zaman sekarang yang berlabel Gaul.  Salah satu contoh, diperhelatan resepsi pernikahan sahabatku ini sudah sangat sedikit yg bangga mengenakan Baju Bodo yang biasa dikenakan oleh kaum hawa dan Jas Tutup, Lipa Sabbe serta Songkok Recca yang biasa dikenakan oleh kaum Adam diacara  atau perhelatan Adat Bugis Makassar. Acara resepsi pernikahan Sahabatku ini sudah sangat didominasi dengan tradisi luar yaitu Kain Batik.


Saya teringat oleh salah satu sejarawan Anhar Gonggong yang dilahirkan di Pinrang, Sulawesi Selatan, 14 Agustus 1943 yang mengatakan : 

 Belajarlah sejarah serta pahami budaya, ketika kita kehilangan keduanya. Niscaya kita tidak akan tahu siapa diri kita sebenarnya.

Akankah Budaya atau tradisi Adat istiadat ini akan bertahan atau akan hilang di telan waktu oleh modernisasi atau mengikuti trend masa kini yang berlabel Gaul dan hanya jadi cerita buat para penerus adat istiadat Bugis Makassar nanti ???

#BOCAHSEBRANK
Jumat, 25 Maret 2016 0 komentar

GREAT WOMEN OF THE LAND BUGIS

Today we commemorate the Indonesian women who pioneered by R.A Kartini but we also have to trace the history of the struggle - the struggle of other great women , which means that before Kartini many Indonesian women who have an important role in the movement and the struggle against Dutch colonialism . And there are many Indonesian women whose role beyond the role of Kartini .

And the woman which is ideal to make an icon of the struggle and the spirit of the struggle of women is Siti Aisyah We Tenriolle a Datu ' Or Queen of South Sulawesi who ruled the kingdom of Tanette. 

Maybe our ears are still very unfamiliar with the name of Book I La Galigo , or maybe even never heard of at all . Though the Book of I La Galigo is the longest book in the world and is recognized as one of the world's literary heritage . Books written about age 13-15 is about the love story of the main character and its Sawerigading customs Bugis community at a time when it is implied therein kingdom of Gowa , Tallo and Bone therein. 

Book I La Galigo is written in the ancient Bugis that not everyone can understand it . Only certain people can understand the ancient Bugis literature , namely the intellectuals and the Bugis kingdom Prijajis attention to the literary world . This book was written with the letter lontara ' , the letter ancient Bugis very different from the Latin alphabet that we know today . from this woman who collected the i Lagaligo to be sticking and is known by the community to the international level. 

Not only smart and clever in Literature but also he is very good at the areas of governance and field pendidikan.dan this woman managed to establish a school for the people. The school is not intended only for men but also women. 
Although the curriculum is still very simple , just reading, writing and arithmetic but at that time there was very great. Because of the time girls are not in school this woman character who first founded the school which accepts pupils son and daughter in one class . and have succeeded in realizing equal rights to education for men and women long before Kartini was born . These women just want people to get an education , not excluding women. 

But it is unfortunate Indonesian citizens are not informed about this woman or that they had never heard him so very meritorious to raise the dignity and the degree of the women and rescuers Literature Indonesian people , especially South Sulawesi .And the name had nothing left now lost .


#The revised edition
#BOCAHSEBRANK 

0 komentar

BANGKITLAH WAHAI JIWA


Seperti hari-hari yang telah silih berganti dan berlalu...
kegelisahan-kegelisahan itu telah kembali mengusik didalam relung hatiku...
kumencoba mencari jawaban atas kegelisahan-kegelisahan hatiku itu...
namun seakan ku tak mampu menjawab semua itu...
hingga kalian datang membawa sebuah cinta dan kasih sayang yang tulus padaku...
dan akhirnya itu semua mampu menjawab beribu-ribu tanya itu...
ternyata kegelisahan-kegelisahan itu hadir karena aku telah lupa mengucapkan sebuah kalimat 
kuru' sumange 
 pada kalian...


kuru' sumange adalah bahasa bugis yg sengaja telah kupilih untuk mewakili rasa cintaku ini pada kalian... 

#BOCAHSEBRANK
Rabu, 23 Maret 2016 0 komentar

SEBUAH SAJAK BUGIS


 Sebuah sajak yang terbesit dibenakku ketika aku menjelajah dan mengadu nasib di negeri orang yang sangat asing bagiku, mungkin sebuah sajak ini yang bisa mewakili kerinduanku akan kampung halamanku diseberang pulau sana.


"Kenro pole maggoliling, usappa mata tokki, ulele makkutana ri to Masagalae! Pole alauka denre, ri lipunna siyatikku, iyami napoada sappano ana’ tanca”. 

"Kemana pun kau menjelajah, aku pun mencarimu di ujung pandangku, kutanyakan pula kau Pada Maha Segala! Baru saja aku kembali dari relung hatiku yang terdalam, Ia berkata padaku, pilihlah yang terbaik".
 

 
lewoleba - lembata, Nusa Tenggara Timur
 #BOCAHSEBRANK
 
;