Sudah Kurang
lebih 3 tahun merantau dan mengadu nasib ke negeri orang yang begitu asing
bagiku membuatku merindukan
sebuah kesantunan adat orang
Bugis Makassar sambil menghisap
rokok kretek andalanku dan ditemani secangkir kopi hitam manis dan canda tawa
kawan sesama perantauan. Tiba – tiba saja saya teringat dengan perhelatan pernikahan sahabatku
di kota kelahiranku di Makassar yang dilaksanakan dengan adat istiadat bugis
makassar.
Senang dan
bahagia rasanya melihat sahabatku pada waktu itu bersanding dan mengikrarkan janji sehidup
semati dengan pilihan hatinya diatas pelaminan tapi ada satu hal yang
menggelitik hatiku dan hal ini terkadang membuat diriku tersenyum tapi hati
ini juga sedih melihat tradisi Bugis Makassar kini telah banyak dikebiri dengan tradisi – tradisi yang berasal dari luar Sulawesi Selatan.
Dan lucunya sebagian besar masyarakat lokal mengapresiasi tradisi- tradisi yang berasal dari luar
dan meninggalkan tradisi -
tradisi yang
telah diwariskan oleh para leluhur sejak zaman dahulu kala.
Hanya Dengan
satu alasan yaitu Modernisasi
atau mengikuti trend zaman
sekarang yang berlabel Gaul. Salah satu contoh,
diperhelatan resepsi pernikahan sahabatku ini sudah sangat sedikit yg bangga
mengenakan Baju Bodo yang biasa dikenakan oleh kaum hawa dan Jas Tutup, Lipa
Sabbe serta Songkok Recca yang
biasa dikenakan oleh kaum Adam diacara atau perhelatan Adat Bugis Makassar.
Acara resepsi pernikahan
Sahabatku ini sudah sangat
didominasi dengan
tradisi luar yaitu Kain Batik.
Saya
teringat oleh salah satu sejarawan Anhar Gonggong yang dilahirkan di Pinrang, Sulawesi
Selatan, 14 Agustus 1943 yang
mengatakan :
Belajarlah sejarah serta pahami budaya, ketika kita
kehilangan keduanya. Niscaya kita tidak akan tahu siapa diri kita sebenarnya.
Akankah
Budaya atau tradisi Adat istiadat ini akan bertahan atau akan hilang di telan
waktu oleh modernisasi atau mengikuti trend masa kini yang berlabel Gaul dan
hanya jadi cerita buat para penerus adat istiadat Bugis Makassar nanti ???
#BOCAHSEBRANK
0 komentar:
Posting Komentar